Kamis, 27 Mei 2021
Keramat Syekh Nawawi Al-Bantani saat masih Remaja
"Keramat Syeikh Nawawi Al-Bantani saat masih Remaja"Nama lengkap beliau Abu Abdul Mu’ti Muhammad bin Umar bin Arbi bin Ali Al-Tanara Al-Jawi Al-Bantani.beliau lebih dikenal dengan sebutan Muhammad Nawawi Al-Jawi Al-Bantani.
Syeikh Dilahirkan di kampung Tanara, kecamatan Tirtayasa, kabupaten Serang, Banten. Pada tahun 1813 M atau 1230 H.
Ayah beliau bernama Kyai Umar, seorang pejabat penghulu yang memimpin masjid. Dari silsilahnya, Syekh Nawawi merupakan keturunan kesultanan yang ke 12 dari Maulana Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati, Cirebon), yaitu keturunan dari Putra Maulana Hasanuddin (Sultan Banten I) yang bernama Sunyara-ras (Tajul ‘Arsy). Nasabnya bersambung dengan Nabi Muhammad melalui Imam Ja’far Assidiq, Imam Muhammad Al-Baqir, Imam Ali ZainAl-Abidin, Sayyidina Husain, Fatimah Al-Zahra
Dulu saat Syaikh Nawawi al-Bantani masih muda, sekitar usia belasan tahun, pernah shalat di Masjid Pekojan Jakarta Kota dekat kediaman Habib Utsman bin Yahya.
Usai shalat Syaikh Nawawi menghampiri dan berkata kepada Habib Utsman, yang waktu itu juga berada di masjid, dengan nada lemah lembut dan penuh hormat: “Wahai Habib yang saya hormati. Sebelumnya saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.”
“Ya, ada apa anak muda?” Jawab Habib Utsman.
“Begini Habib, masjid ini kurang ngiblat dan kurang nyerong ke sebalah kanan (ke arah utara).”
Karena Habib Utsman adalah seorang pakar ilmu falak, beliu pun heran dan menyanggah: “Masid ini sudah saya ukur dengan alat kompas dan berdasarkan ilmu falak.”
Kemudian Syaekh Nawawi al-Bantani dengan sopannya menunjuk ke arah kiblat. Dan seketika itu juga Ka’bah terlihat sangat jelas di hadapan mereka berdua.
Menyaksikan kejadian itu, Habib Utsman bin Yahya terperanjat dan kemudian langsung menubruk ingin mencium tangan Syaikh Nawawi al-Bantani. Namun Syaikh Nawawi menarik dan menolak tangannya untuk dicium oleh Habib Utsman bin Yahya. Dan beliau berkata: “Wahai Habib yang mulia akan Saya tidak pantas untuk dicium tangani oleh Habib. Karena, Habib adalah orang mulia dan keturunan Rasulullah, sedangkan saya adalah orang kampung biasa.”
Mendengar kata-kata itu, Habib Utsman bin Yahya langsung merangkul badan Syaikh Nawawi dan mereka saling berpelukan sambil menangis dengan bercucuran air mata.
Syaikh Nawawi al-Bantani juga termasuk salah seorang ulama pakar ilmu falak. Banyak kitab-kitab karyanya yang menerangkan tentang ilmu falak. Hanya saja kitab yang masuk ke Indonesia (yang saya tahu) adalah kitab Sullam al-Munajat.
Di dalam kitab Sullam al-Munajat halaman 23-24, cetakan Darul Kutub al-Islamiyyah Kalibata-Jakarta Selatan, Syaikh Nawawi menerangkan tentang ilmu arah kiblat beserta hukumnya. Hanya saja untuk menghitung arah kiblat wilayah Banten, beliau menggunakan sebagai bujur nol derajatnya adalah “Az-Zajairatul Khalidat”, bukan Greewich. Tapi setelah saya hitung dan saya bandingkan dengan perhitungan ilmu falak arah kiblat “Sistem Kontemporer” hasilnya tidak beda jauh alias hampir sama...
(Diedit dari tulisan KH.Thobary Syadzily al-Bantani, cucu Syaikh Nawawi al-Bantani dan Pengasuh PP Al-Husna Tangerang Banten).
"Subhanallah"
Allahumma sholli alaa sayyidina muhammad wa alaa aali sayyidina muhammad
0 comments:
Posting Komentar